Saya lemah.
Saya kira saya bisa melindungi semuanya
Saya ingin melindungi banyak dari mereka, terutama kita.
Tapi semakin saya mencoba
Semakin banyak yang terluka
Karena tangan ini tak mampu mencapai semua
Saya ingin pumdak yang lebih kokoh
Hati yang lebih tahan banting
Dan tulang yang lebih ringan.
Saya ingin menyelamatkanmu, dan kamu, dan kamu, dan kamu, dan kamu juga
Saya lelah peka
Saya lelah mampu merasakan sakitmu, sakitnya, sakit semua
Mulut saya tak bisa henti mengeluh.
Saya lemah.
Akhirnya sari yang seksi tetap dipangkuan lelaki - lelaki itu, menuangkan minuman sembari terjamah, karena aku tak bisa carikan kerja.
Saya lemah.
Hanya bisa geram, ayu tetap pada dia sang perayu, mulutnya manis, dan tangannya ringan menampar ayu, berkali - kali, karena aku tak bisa menghajarnya, dilarang oleh ayu.
Saya lemah.
Meninggalkan ratih berjalan sendiri, sepulang kuliah malam, hingga terobek bajunya, dan menangis meronta minta tolong tak ada yang dengar, ratih diperkosa, karena aku tak mampu pulangkan ratih ke rumah, ketika aku mengantarkan ayu periksakan pipi dan matanya yang memerah, karena tamparan lelaki itu.
Saya lemah.
Membiarkan iwan terjerumus dosa, lalu mati sia - sia, di gang sempit yang gelap dan bau, karena mencuri sepeda, untuk beli narkoba, harusnya saya bisa menjadi pendengar curhatnya, saat orang tuanya cerai, menaunginya saat dia kabur dari rumah, menjadi temannya di saat gelapnya.
Saya lemah.
Tak bisa lindungi semua.
Menolong satu, lepaslah yang lain.
Kenapa Dia membiarkan kami sehancur ini?
Apa saya ditidakmampukan menolong semua, karena kodratnya setiap individu harus kuat melawan nafsu dan cobaannya sendiri?
Tuhan tidak menciptakan keburukan, manusia yang hilangkan kebaikan dalam dirinya, menamai absennya kebaikan sebagai kejahatan.
Saya lemah.
Tidak pernah serius berbakti padaNya.
Tidak pernah becus menyelamatkan semua.
Tidak mampu, bahkan untuk selamatkan diri sendiri.
Saya lemah.
Karena saya berbohong, berjanji untuk melindungi, tetapi membiarkan mati.
Sampai kapan saya mau lemah?
Bagaimana cara menyelamatkan semua?
Untuk apa diberi kepekaan tanpa kemampuan 'tuk selamatkan?
Saya lemah, sedih, kesepian, dan gelap.
Merasakan sakit dunia ini adalah kutukan.
Tidak mampu berbuat apa - apa setelah mengetahui adalah siksa.
Merasa pun tak cukup, tanpa kuasa menyelamatkan.
Jadi,
Apa tujuanku diciptakan?
Sunday, November 29, 2015
Tuesday, September 29, 2015
Tak mau pulang!
Padang ilalang gersang
Telah tunduk pada kematian
Dan generasi rumput hijau muda
Dengan semangat menggantikan tuan
Suara mesin diesel yang lelah
Memecah bingar musik pesta
Pembangunan makin membuas
dan tidak berhenti
Gedung tinggi pada ufuk timur nan megah
Menjadi lambang kematian yang pasti
Bagi rawa yang kering kerontang meronta
Kami tak punya air untuk diteguk
Kami tak punya lahan untuk makan
Kami yang hijau, dengan semangat gantikan tuan
biar melawan, akan berikan harapan
Meski kehilangan tak gentar mulai pergerakan
Walau hijau kami hilang
Tak terhenti meski sudah jamnya pulang!
Telah tunduk pada kematian
Dan generasi rumput hijau muda
Dengan semangat menggantikan tuan
Suara mesin diesel yang lelah
Memecah bingar musik pesta
Pembangunan makin membuas
dan tidak berhenti
Gedung tinggi pada ufuk timur nan megah
Menjadi lambang kematian yang pasti
Bagi rawa yang kering kerontang meronta
Kami tak punya air untuk diteguk
Kami tak punya lahan untuk makan
Kami yang hijau, dengan semangat gantikan tuan
biar melawan, akan berikan harapan
Meski kehilangan tak gentar mulai pergerakan
Walau hijau kami hilang
Tak terhenti meski sudah jamnya pulang!
Hahaha.
Balon merah kuning di tengah kegelapan
Tergantung di bambu seperti terbeban
Tergoyang angin, bergerak kacau
Seperti sepasang hati yang kian risau
Komplek ilalang di belakangnya tak peduli
Mereka terhempas seragam
Namun kaki terpatri mati
Tidak bertujuan di tengah malam
Semua hilang, seperti sakit, yang kian kebal
Cintaku
Peduliku
Kasihku
Tetap tak bertujuan, kekal
Wednesday, July 22, 2015
Ayo
Ayo menulis tentang negeri ini
Karena yang kubaca hanyalah perkamen kuno
Gambaran semu, masa lalu yang tak padu, idaman jaman dahulu
Karena yang kubaca hanyalah perkamen kuno
Gambaran semu, masa lalu yang tak padu, idaman jaman dahulu
Dan yang kulihat sekarang hanya negara yang kurang terang, negara yang tak senang
Bibir sang wakilpun tlah tinggalkan kami
Tangannya sibuk kenyangkan diri sendiri
Ayo membaca tentang nusantara keramat ini
Dimana pulaunya berbaris pada khatulistiwa
Bak serdadu - serdadu gugup, yang teriakan merdekanya harus korbankan darah
Bak serdadu - serdadu gugup, yang teriakan merdekanya harus korbankan darah
Dan setelah benar kita merdeka, kita jajah lagi sendiri, berulang kali, berkali - kali, tak ingat lagi sejarah bapak kami, permalukan terus yang sudah mati
Bukankah kita yang lebih muda harusnya bertugas untuk gantikan golongan tua yang mulai berulah?
Lalu apa Indonesia?
Selain kumpulan hijau dengan batu - batu mahal di dalamnya
Jika tiada dihinggapi moral sang garuda
Dan mengakar kuat di tanah - tanahnya yang hitam
Ayo burung - burung nakal abad 21, cintalah pada mimpi sang garuda, lalu bergerak sama - sama!
Ayo burung - burung nakal abad 21, cintalah pada mimpi sang garuda, lalu bergerak sama - sama!
Subscribe to:
Posts (Atom)